Agama
islam masuk ke lombok dibawa oleh pangeran prapen, yaitu putra Sunan Ratu Giri.
Hal ini terjadi dimasa pemerintahan Sunan Dalem yang memerintah pada tahun
1505-1545 masehi. Sekitar abad ke-16, islam sudah masuk ke lombok meskipun
jumlahnya sangat sedikit. Bila ditanah jawa dikenal dengan islam kejawen, di
Lombok dikenal dengan islam waktu telu, sebagai sebagai peleburan ajaran islam
dengan hindu dan animisme.
Keluarga lombok, timur
didaerah aikmel, terara, keruak, sakra, masbagik dan sekitarnya menggunakan
dialek bahasa yang berbeda-beda. tidak hanya bahasa, jika dilihat dari bidang kesehatan, praktik pemeliharaan kesehatan keluarga lombok timur yang dilakukan masih sangat tradisional. Bila sakit, mereka pergi berobat ke orang pintar
(dukun) atau bila melahirkan, mereka pergi ke dukun beranak. Selain itu,
seluruh anggota masyarakat dikampung juga mengadakan upacara-upacara tolak bala
untuk menolak bencana yang mengancam desa mereka. Upacara tolak bala ini
dipimpin oleh pemaku dengan pembacaan matra-mantra yang dilakukan di
sudut-sudut kamar dan upacara yang lainnya, yaitu upacara nyayo-aya (meminta hujan).
Perkembangan
keluarga lombok dibayangi oleh warisan penelusuran sejarah etnik lombok timur.
Warisan yang melekat pada keluarga Lombok timur adalah nilai-nilai spiritual
islam, yakni sistem kekerabatan yang didasarkan pada garis keturunan laki-laki
(patrilineal). Oleh karena itu, keturunan laki-laki lebih dominan perannya
dalam keluarga dibandingkan perempuan. Hal ini dapat dilihat dari sistem
warisan. Menurut adat setempat, tanah dan rumah tempat tinggal hanya dapat
diwariskan kepada anak laki-laki, sedangkan anak perempuan hanya terbatas
mendapatlkan harta warisan berupa barang-barang bergerak saja.
Seiring
dengan perkembangan Mataram sebagai ibukota Nusa tenggara barat, etnik Lombok
Timur mengalami perkembangan. Etnik Lombok timur telah melakukan perkawinan
antarsuku dan antar agama, mengubah pandangan tentang perkembangan pendidikan
anak yang saat ini sampai ke jenjang pendidikan tinggi, dan melakukan
sosialisasi berbagai ragam budaya di Mataram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar